: Katakan saja ga biasa. Hal-hal fundamental seharusnya diputuskan dengan rasionalitas tertinggi. Biar ga menyesal nanti. Sebaliknya, apakah aku justru menentukannya dengan sangat biasa..bahkan terjadi begitu saja.Tapi hati ini terasa utuh..terasa hangat. Jauh berbeda dengan apa yang digaungkan Descartes. Atau juga kebenaran Kierkegaard? Aku lebih intim mendefinisikannya: destiny. Ya..sesimple itu. Tuhan memang ada-ada aja..termasuk juga kejutan-kejutannya. Huah.

ini tentang ekspresi. yang katanya dari hati. waktu sedih apa yang kita mau? cuma tidak sedih kan. waktu tidak sedih, apakah kita ingin sedih? tidak. ternyata sedih dan tidak sedih itu ga bisa dibolak balik. kita, manusia selalu berpihak. dan sedih bukan tujuan. setidaknya dia cuma sepenggal kisah yg ingin kita kubur..sembunyikan. tapi seperti bisul..minoritas tp berkuasa. kita gampang bgt inget yg sedih2. coba bandingin ja brp kali qm inget sedih ato tdk sedih dlm hidup kamu. kenapa ada sedih dlm hidup kita? mgkin tuhan ja yg tahu. menurutku, sedih ada krna kita tdk menginginkannya. makanya dia jd ‘killer’ ma kita. kalo gi sedih, yg ada cuma kita sbg ego..ga ada yg laen. dunia jd sepi. ke’aku’an. biasanya kita jd lebih kuat kalo udh ngalami fase ini. kamu bilang..seneng sesaat sedih ga karuan. seneng ‘terasa’ sesaat coz slm ini dia jd tujuan. sebaliknya sedih jd terasa lama bgt dan gampang bgt muncul gi. makanya sedih tu cm bisa kita sembunyiin, diselipin di sela-sela ht..tapi yg pasti dia ga bisa dilupakan. kalo aku sedih, yg muncul paling dominan: tuhan. aku pikir dia gi ‘caper’. bagiku sedih tu jd kudus..membangun gi nilai religius kita. yah, biar ht kita gak beku..dengan hingar duniawi yg tak ramah gi. sdih liat qm sdih. sudah, sudahin aja.

terlalu banyak rahasia yang tak mungkin kuceritakan. bukan kusembunyikan. atau bermain-main di balik punggungmu. tapi ini menjaga mimpi. yang tak selalu dibangun dengan keterbukaan hati. kau aku.

[wiji tukul]

jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa

kalau rakyat bersembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar

bila rakyat berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam

apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!

[wiji tukul] 17 nopember 1996

kau lempar aku dalam gelap
hingga hidupku menjadi gelap
kau siksa aku sangat keras
hingga aku makin mengeras
kau paksa aku terus menunduk
tapi keputusan tambah tegak
darah sudah kau teteskan
dari bibirku
luka sudah kau bilurkan
ke sekujur tubuhku
cahaya sudah kau rampas
dari biji mataku
derita sudah naik seleher
kau menindas
sampai
di luar batas

[wiji tukul]

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kau hendaki tumbuh
engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kau kehendakiadanya
engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi

seumpama bunga
kami adalah bunga yang
dirontokkan di bumi kami sendiri

jika kami bunga
engkau adalah tembok itu
tapi di tubuh tembok itu
telah kami sebar biji-biji
suatu saat kami akan tumbuh bersama
dengan keyakinan: engkau harus hancur!
dalam keyakinan kami
di manapun – tirani harus tumbang!

[wiji tukul] 18 juni 1997

aku bukan artis pembuat berita
tapi aku memang selalu kabar buruk buat
penguasa

puisiku bukan puisi
tapi kata-kata gelap
yang berkeringat dan berdesakan
mencari jalan
ia tak mati-mati
meski bola mataku diganti
ia tak mati-mati
meski bercerai dengan rumah
ditusuk-tusuk sepi
ia tak mati-mati
telah kubayar yang dia minta
umur-tenaga-luka

kata-kata itu selalu menagih
padaku ia selalu berkata
kau masih hidup

aku memang masih utuh
dan kata-kata belum binasa

[chairil anwar]

bersandar pada tari warna pelangi
kau depanku bertudung sutra senja
di hitam matamu kembang mawar dan melati
harum rambutmu mengalun bergelut senda

sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
dan dalam dadaku memerdu lagu
menarik menari seluruh aku

hidup dari hidupku, pintu terbuka
selama matamu bagiku menengadah
selama kau darah mengalir dari luka
antara kita mati datang tidak membelah…