Siang tadi dengan kakung[ku]. Ada banyak hal yang terbincangkan. Ada banyak hal yang hendak kukatakan: tidak seperti itu kung, bla..bla..bla. Tapi aku justru tidak seperti itu, karena menjaga dia dalam kebenarannya itu menjadi lebih berarti untuk[ku]. Ada kala kita [aku maksudku] tidak perlu memahamkan sesuatu meski perlu: untuk rasa tidak apa-apa meski keliru.

Usia[ku], usia manusia maksudku, jika kisaran waktu bolehlah terakui..selalu menuju tua dengan semua dimensi yang menyertainya. Tapi begitu juga[kah] dengan cara berpikirnya, cara berpikir manusia maksudku. Aku, dengan semakin menua[ku]..semakin muda esensi[ku]. Begitu juga[kah] kau, manusia maksudku.

Melupakan semua[ku]. Membebaskan keterikatan menarik sauh. Merasakan keterhilangan sebentuk keberadaan. Mengejannya keluar bilik-bilik rapuh hati. Menjumpai telanjang[ku[. Tak ada lagi kau aku. Seluruh[ku] tak cukup tangguh, meski telah kuhancurkan kehancuran[ku]. Selalu tak cukup ruang untuk[mu] berakar..menjulang. Ketakmengertian termengerti[ku] melahirkan[ku].



Manusia itu menurut[ku], terkatakan matang jika, mampu menempatkan diri[nya] dalam pilihan-pilihan sulit, mengambil keputusan. Bukan tentang apakah keputusan itu benar atau salah, karena yang semacam itu terlalu kontekstual. Terpenting adalah, berani bertanggung jawab terhadap pilihan[nya] tersebut, seperti apapun konsekuensinya.

rumahku adalah hidupku. kurebahkan di pusara hati. beranyam darah merajut nadi. tak seelok pelangi memang. atau seanggun embun. tapi hangatku bukanlah nisbi. “ai don wanna bi ur port bet ai wanna bi ur hom” dan kau pun t’lah mendapatkannya. dan kau aku pun t’lah kehilangannya. inilah garis yang tak kumengerti. inilah garis yang ingin kulampaui. dari-Nya. meski kata mereka: sudahlah..sudahi aja. ah..ingatkah kau? tak semuanya ditentukan. tak semuanya milik kau aku. tak pernah menunggu atau mendahului. tapi kau aku lah yang menoreh cerita. keajaiban. kalaupun akhirnya tak mampu..cukuplah bagiku begitu. bagi kau aku. mencari bentuk..kehilangan bentuk. dan sesudahnya itu: reborn.

02:40 111209

Selalu ada kesedihan..tapi tidak di kepalsuan raut kita. aku selalu percaya tidak ada kata-kata yg sanggup mengungkapkan perasaan manusia. seperti itulah kau. seperti itulah aku. tentang rasa yg tak mungkin bersembunyi. dimanapun tempat tercanggih di dunia kita.

Kalaupun ada yang kita takutkan, ia adalah kenyataan. bukan kau.  terbenam situasi.  betapa bodohnya.

Selalu ada ruang tuk melenceng dari garis yg telah ditetapkan. meskipun itu nisbi. karena melawan tuhan sama aja cari mati. tapi aku benar2 ga mengerti..yang mana garisku. semua terjadi begitu saja. kenapa hidup begitu kering?

Seperti air. kita seperti air..tp sengaja berhenti mengalir. mencari bentuk..kehilangan bentuk. belum banyak cerita yg kita cipta ceritakan kn. tp tersudahi. begini.

“that pain is just simple compromise” “that love is just simple compromise”

23:51 051209

….Nokia ringtone… screen hape-ku: emak w. -w- tu wahyusih. nama depan emakku. wahyusih panglipur tepatnya. dia itu satu: wonder women. ‘piye kabare le?’ dengan aksen jawa blitar. bener-bener suka. ya aksen ini juga menentukan hidupku ke depan minus 22 tahun. tak usah kuterangkan di sini coz ini konsumsi pribadi. jawabku: apik. jawaban klasik bagai gerak reflek di masyarakat kita. meski jujur aja aku pusing berat pasca futsal dan kanker khas mahasiswa kere. ‘wes iso sidang?’ sidang script maksudnya-red. ‘belum’ jawabku diplomatis. soale..bla..bla..bla. ‘ohh..yo wes, diusahakne terus..yen iso yo awal taon ngarep wes mari.’ ‘enggih buk’. sedikit lega aku mendengarnya. dan percakapan putus coz hape-ku low battery. asem. lega. ngelu. coz ga ada omongan perlu dikirim ta? gini kalo udah jd mahasiswa kadaluarsa. tapi yang bikin aku muna banget: sekali lagi kepalsuan. hanya untuk membenarkan idealisme yang aku sendiri mulai ragu kesaktiannya. hanya karena tak ingin terseret mainstream. maaf mak, aku pasti jawab harapanmu. dengan hati, yang ku yakin hanya itu yang kau ingini dariku. pasti ada waktu aku kan menjadi seperti yang kau pikirkan. meski kau tak mengerti dengan semua idealisme-idealismeku yang tak kau jumpai di alam praksis. tapi ketaktahuanmu adalah ketahuanmu. itu yang menyadarkan aku bahwa harus ada yang melawan semua kepalsuan sistem ini..yang selama ini kita anggap: memang harus begitu adanya. muak. di sini hidupku kuperuntukkan: Kau.